MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN IPA “PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN”
MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN IPA “PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN”
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan
makalah dengan judul “Pembuatan
Media Pembelajaran“
ini
tepat pada waktunya. Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu kami
ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada yang
terhormat :
1.
Dosen pengampu mata kuliah Media pembelajaran IPA Ibu Nur Ngazizah, S.Si. M.Pd yang
telah memberikan tugas, petunjuk kepada kami sehingga termotivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
2.
Keluarga tercinta yang telah memberikan
dorongan, bantuan dan do’a serta
pengertian yang besar kepada kami
baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah
ini, kami
menyadari bahwa dalam mengupas permasalahan di dalam makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dalam hal sistematika maupun teknik penulisannya. Kiranya
tiada lain karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman kami yang belum luas dan mendalam. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang membangun tentunya kami harapkan, sebagai masukan yang berharga demi
kemajuan kami
di masa mendatang.
Demikianlah makalah
ini, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi
pembaca umumnya, dalam memberikan informasi tentang Pembuatan Media Pembelajaran.
Purworejo,
10 September 2018
Penulis
Dalam
dunia pengajaran, untuk mencapai agar terdapat efektifitas dan effesiensi, maka
diperlukan suatu alat bantu yang dikenal dengan istilah “Media Belajar” Media
adalah perantara atau pengantar dari pengirim (guru) kepenerima pesan (siswa)
Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (message), merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar belajar. Sebagai pembawa
pesan media pengajaran (penyalur) pesan, media pengajaran harus dikuasai dan
difahami oleh guru yang lebih penting dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan guru. Dengan demikian penggunaan media pembelajaran
sangat penting, karena hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran. Tujuan akhir dari pemilihan media pengajaran adalah bahwa
penggunaan media pembelajaran dapat memungkinkan siswa berinteraksi dengan
media yang guru pilih.
Pemilihan
media pembelajaran merupakan harga mati harus dilakukan seorang guru sebelum
proses belajar mengajar dimulai, agar pembelajaran lebih menarik. Seorang guru
harus mampu memilih dan menentukan jenis media apa yang tepat, supaya selaras
dengan materi yang disajikan. Agar media pembelajaran sesaui dengan rencana dan
tepat sasaran, maka guru harus melakukan yaitu: (1) Memberi pengetahuan tentang tujuan
belajar, (2) Memotivasi
siswa, (3) Menyajikan
informasi, (4) Merangsang
diskusi, (5) Mengarahkan
kegiatan siswa, (6) Melaksanakan
latihan dan ulanagan, (7) Penguatan
belajar, (8) Memberikan
pengalaman simulasi.
Selain harus memperhatikan prosedur pemilihan media
pembelajaran yang sesuai, seorang guru juga harus mampu memahami prosedur
pembuatan/produksi media pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Guru
juga harus mampu membuat media pembelajaran tersebut dengan kreatif dan
semenarik mungkin tetapi mudah dipahami oleh siswa sehingga anak-anak tertarik
untuk mengikut pembelajaran misalnya dengan media pembelajaran IPA interaktif. Model pembelajaran interaktif
merupakan
salah satu alternative model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
berani mengungkapkan keinginannya dan ketidaktahuannya terhadap konsep yang
sedang dipelajarinya
1.
Bagaimana prosedur pemilihan media pembelajaran ?
2.
Bagaimana prosedur pembuatan/produksi media
pembelajaran ?
3.
Bagaimana pembelajaran IPA interaktif ?
1.
Mengetahui prosedur pemilihan media pembelajaran.
2.
Mengetahui prosedur pembuatan/produksi media
pembelajaran.
3.
Mengetahui pembelajaran IPA interaktif.
Bab II
KAJIAN PUSTAKA DAN
PEMBAHASAN
Pemilihan
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sejalan dengan tindakan
seorang guru dalam menghadapi keaneka ragaman siswa dalam belajar, seorang guru
memiliki banyak pilihan dalam menentukan media pembelajaran apa yang tepat,
cocok.antara lain:
1. Ciptakan
rancangan kelas yang multidiminsional, dan rancanagn pembelajaran yang
menggambarkan keragaman kemampuan belajar.
2. Buat
rancangan waktu belajar fleksibel.
3. Kelompokkan
siswa berdasarkan basis kemampuannya.
4. Persiapkan
strategi pembelajaran untuk kelompok sesuai dengan spesifikasi nya dengan
strategi yang tepat.
5. Gunakan
tutorial teman sebaya dan belajar bersama untuk menambah kemampuan dan
pengalaman masing-masing siswa. ( Kauchak, 1998 :8).
Faktor-Faktor yang Harus
Dipertimbangkan dalam Pemilihan Media Pembelajaran:
1.
Subyektifitas didalam memilih media
pembelajaran pengajaran harus dihindari, artinya guru tidak boleh memilih suatu
media pengajaran atas kesenangan pribadi.
2.
Untuk menghindarkan ini, alangkah
baiknya guru meminta pandangan atau saran dari teman sejawat atau melibatkan
siswa di dalam memilih media pengajaran.
3.
Program pengajaran yang akan
disampaiakan kepada peserta didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
baik isinya, strukturnya maupun kedalamannya. Terkecuali jika program itu hanya
dimaksudkan untuk mengisi waktu seggang saja, dari pada anak didik bermain
tidak karuan.
4.
Sasaran program yang dimaksud adalah
anak didik yang menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran/
pembelajaran.Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu, anak didik
mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara berfikirnya, daya imajinasi nya,
kebutuhannya, maupun daya tahan dalam belajarnya. Untuk itu, media pembelajaran
yang digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan perkembangan anak didik.
5.
Situasi dan Kondisi. Situasi dan kondisi
yang dimaksud meliputi situasi dan kondisi sekolah serta situasi dan kondisi
peserta didik yang akan mengikuti pelajaran.
6.
Kualitas tehnik. Dari segi tehnik media
pengajaran yang akan digunakan harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru,
apakah sudah memenuhi persyaratan media pembelajaran untuk digunakan sebagai
alat bantu mentransfer materi dari guru kepada siswa.
7.
Effektifitas dan Effisiensi Penggunaan.
Keeffektifitasan
berkenaan hasil yang dicapai, sedang effesiensi berkenaan dengan proses
pencapain hasil dalam proses belajar mengajar Keefektifitasan dalam penggunaan
media pembelajaran, meliputi apakah dengan menggunakan media pembelajaran
tersebut pelajaran dapat diserap dengan mudah oleh anak didik. Sedangkan
effesiensi meliputi apakah dengan menggunakan biaya, tenaga yang dikeluarkan
dapat ditekan siminim mungkin. Dalam bukunya Ahmad Rohani ang berjudul “ Media
Intruktional Edukatif’ Ada 3 (tiga) hal yang dipertimbangkan seseorang dalam
pemilihan media Instruktional edukatif anatara lain:
a)
Relevansi pengadaan media pembelajaran
instruktional edukatif.
b)
Kelayakan pengadaan media instruktional
edukatif.
c)
Kemudahan pengadaan media pembelajaran.
Berkaitan dengan pemilihan media
pembelajaran beberapa ahli mengatakan untuk memilih atau menggunakan suatu media perlu
diperhatikan sebagai berikut:
1.
Biaya murah.
2.
Kesesuaian media pembelajaran dengan
metode yang digunakan oleh guru.
3.
Kesesuain media pembelajaran dengan
karakteristik peserta didik.
4.
Pertimbangan praktis.
5.
Keteredian media pembelajaran tersebut.
Beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar diantarannya,yaitu, faktor tujuan, faktor efektifitas,
dan faktor kemampuan guru dan siswa.
1. Tujuan,
Media pemebelajaran yang dipilih haruslah sesuai dengan tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan.
2. Effektifitas,
Dari berbagai media yang ada, haruslah dipilih media yang paling efektif untuk
digunakan dan yang paling sesuai, yang dirumuskan dalam pembelajaran.
3. Kemampuan
guru dan siswa.
Media yang diplih oleh guru dan
digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan kemampuan yang ada pada
guru dan siswa, sesuai pola belajar siswa, serta menarik perhatian.
Prinsip-prinsip
Pemilihan Media Pengajaran
Drs. Sudirman. N. (1991) membagi
prinsip-prinsip pemilihan media pengajaran kedalam 3 (tiga) kategori, sebagai
berikut:
1. Tujuan
pemilihan, pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan harus berdasarkan
maksud dan tujuan pemilihan media yang tepat.
2. Karakteristik media pembelajaran, Setiap media
pengajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhan,
cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Seorang guru harus memahami
kiarakteristik dari berbagai media pembelajaran yang bervariasi, sedangkan
apabila guru memahami karakteristik media tersebut, guru dihadapkan pada
kesulitan yang akan menghambat proses pembelajaran di sekolah oleh peserta
didik.
3. Alternatif
pilihan, memilih merupakan proses pembuatan keputusan dari berbagai alernatif
pilihan, seorang guru harus dapat memilih dan menentukan mengenai media
pembelajaran mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media
pembelajaran yang dipertimbangkan.
Hal yang
perlu diperhatikan dalam menentukan media pembelajaran, dan penggunaannya
antara lain:
1.
Tidak ada satu-satunya media pelajaran
yang terbaik untuk semua siswa dan emua tujuan pembelajaran.
2.
Media pembelajaran yang digunakan
hendaknya dikenal siswa.
3.
Penggunaannya harus relevan kemampuan
konsisten dengan tujuan-tujuan pembelajaran.
4.
Media pembelajaran harus sesuai dengan
sifat pelajaran.
5.
Media pembelajaran harus sesuai dengan
ke hemampuan dan pola belajar audience.
6.
Media pembelajaran hendaknya dipilih
secara obyektif, bukan karena kesukaan yang subyektif.
7.
Lingkungan sekitar perlu diperhatikan
dalam menggunakan media pembelajaran, karena penggunaan media pembelajaran
dapat mempengaruhi pihak-pihak lain, seperti kerusakan alat.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk
memilih media pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1.
Tujuan yang ingin dicapai
2.
Materi pembelajaran.
3.
Karakteristik siswa
4.
Fasilitas pendukung/ Ketersediaan.
5.
Kemampuan guru
6.
Karakteristik media
7.
Biaya
8.
Ketepatankegunaan/praktis penggunaannya.
9.
Pengelompokan sasaran
10. Kompablitas
(sesuai norma)
11. Ketesediaan
12. Kualitas
Tehnis m. Artistik
Kriteria lain untuk memilih dan menentukan media
pembelajaran yang tepat dengan mempertimbangakan factor ACTION yaitu:
1.
Acces, artinya media pembelajaran yang
akan digunakan dapat tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan.
2.
Cost, artinya, media yang akan digunakan
pembiayannya terjangkau, Tehnology, artinya media pembelajaran yang akan
diggunakan tersedia dan mudah menggunakannya.
3.
Interactive artinya artinya media
pembelajaran yang akan digunakan dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat/ aktif baik secara fisik maupun,
intelektual dan mental.
4.
Organization artinya dalam memilih
pembelajaran secara organisatoris mendapat dukngan dari pimpinan sekolah (ada
unit seperti organisasi seperti pusat pembelajaran yang mengelola).
5.
Novelty, artinya media pembelajaran yang
dipilih memiliki kebaharuan, sehingga memiliki daya tarik siswa untu lebih giat
belajar.
Menurut Arief
S. Sadiman ada tiga model yang dapat dijadikan prosedur dalam pemilihan media
pembelajaran yang digunakan yaitu:
1.
Model flowcart, model ini menggunakan
eliminasi dalam pengambilan keputusan.
2.
Model Matrix, yaitu berupapenggunaan
model pengambilan keputusan, pemilihan sampai seluruh criteria pemilihan
diidentifikasi.
3.
Model check list artinya, yang
menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua criterianya dipertimbangkan.
1.
Media Film Animasi
Film
Animasi adalah alat bantu visualisasi tentang konsep-konsep tersebut guna
mempermudah siswa dalam mempelajarinya. Alat bantu ini jika yang dipelajari
sulit diamati dengan penglihatan dan objek yang diteliti sangatlah kecil.
Contohnya adalah film animasi tentang peredaran darah, proses pencernaan
makanan, proses pembuatan energi,
dll.
a. Pra Produksi
1) ide cerita
2) tema cerita
tema
adalah suatu pesan yang akan disampaikan kepada penonton ketika mereka menonton
karya kita.
3) Sinopsis
Penulis
membuat sinopsis untuk mengembangkan cerita.
4) Perancang karakter
Pembuatan
sebuah karakter harus sesuai dengan sifat dan peran tokoh dalam sebuah film.
5) Naskah
Dalam
pembuatan film animasi penulis mempunyai naskah yang sederhana, semua bersifat
imajinatif baik dalam pengambilan gambar maupun penataaan objek dan property.
b.
Produksi
Pada tahap produksi ini, dilakukan
beberapa proses. Proses yang dilakukan diantarannya yaitu proses, pembuatan
character model sheet, pembuatan background, proses coloring, dan proses
animasi.
1)
Pembuatan Model
Langkah pertama yang dilakukan
dalam proses yaitu sebuah character model. Pembuatan film animasi tidak akan
lepas dari sebuah gambar. Penggambran dilakukan dengan proses komputer. Panduan
gambar juga berguna untuk membantu dalam proses animasi.
2)
Background
Background merupakan lokasi dan
setting di mana animasi itu berada. Backgroundy yang baik harus memperhatikan
sudut pandang (persepektif), dan lighting yang disesuaikan dengan situasi
adegan film sehigga mendapat kesan yang seakan nyata dan menarik untuk dilihat.
3)
Coloring
Setelah panduan gambar dibuat, maka
langkah selanjutnya yaitu memberi warna. Pewarnaan dilakukan biasa dan tidak
muluk-muluk, karena audiensnya sendiri pun anak-anak. Tetapi tetap dengan
warna-warna yang menarik.
4)
Animasi
Penganimasian adalah membuat gerak atau
menggerakkan.
c.
Pasca Produksi
1)
Dubbing
Pada proses dubbing ini dilakukan
perekaman suara untuk narasi, serta perekaman suara untuk mengisi suara tiap
karakter utama dan karakter pembantu.
2)
Sound Effects
Pemberian sounds effects ini dengan
tujuan optimalisasi penggunaan suara tambahan serta untuk menciptakan suasana
ruang namun tetap mempertahankan rasa alami yang ada.
3)
Editing
Pada proses edting penulis
menggunakan Adope Premiere CS3 hal ini di lakukan agar video dapat menjadi
kesatuan yang biasa disebut dengan film, proses ini dilKUKn dengan cara
penggabungan potongan-potongan video hasil dari proses redering pada tahap
produksi.
4)
Redering
Redering pada tahap pasca produksi
ini merupakan proses yang memakan waktu lama.
2.
Media Papan
Flanel
Papan
flannel adalah sejenis papan yang permukaannya dilapisi dengan kain flannel
atau bisa juga dengan karpet agar biaya lebih murah dan daya perekatnya
lebih kuat.
a.
Siapkan papan atau triplek.
b.
Tempelkan kain flannel/kertas
rempelas/laken pada papan.
c.
Kumpulkan gambar yang sesuai dengan bahan yang
akan diajarkan.
d.
Gambar yang akan digunakan bagian belakangnya
ditempelkan kain flannel/
e.
kertas rempelas/laken kemudian gambar
tersebut ditempelkan pada papan
f.
sehingga gambar tetap melekat pada papan
flannel.
3.
Media Wall
Chart
Media
ini berupa gambar, denah, bagan, atau skema yang biasanya digantungkan pada
dinding kelas. Apabila diperlukan, media ini dapat digantungkan di papan tulis.
Salah satunya bentuk wall chart adalah cerita gambar.
a.
Letakkan
rencana suatu bagan pada kertas dengan ukuran 21 x 27 cm/ lebih.
b.
Usahakan
bagan yang sederhana.
c.
Buatlah
bagan yang cukup besar agar mudah dilihat.
d.
Buatlah
bagan semenarik mungkin, gunakan warna secara kontras an isilah ruangan
kosongnya.
e.
Utamakanlah
kontras dengan cara memakai huruf dan gambar yang gelap pada latar belakang
terang atau sebaliknya dan perhatikan bagian-bagian penting untuk ditonjolkan.
f.
Gunakan warna jika perlu, walaupun warna
itu enak dilihat tetapi janganlah dipergunakan secara berlebihan.
g.
Ingatlah
ruangan penting peranannya.
h.
Bila
rencana itu sudah lengkap, buatlah sket dengan memakai pensil pada bagan kemudian baru
dilengkapi.
4.
Media Flash
Card
Media ini berupa
kartu-kartu sebanyak 30 sampai 40 buah. Bahan yang terbaik untuk membuat
kartu-kartu tersebut adalah kertas manila. Setiap kartu isi dengan
gambar-gambar yang berbentuk stick figure, yakni gambar yang berisi garis-garis
sederhana tetapi sudah menggambarkan pesan yang jelas.
a. Siapkan kertas yang agak tebal seperti kertas duplek
atau dari bahan kardus. Kertas ini berfungsi untuk menyimpan atau menempelkan
gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Kertas tersebut diberikan tanda dengan pensil atau
spidol dan menggunakan penggaris, untuk menentukan ukuran 25X30 cm.
c. Potong-potonglah kertas duplek tersebut dapat
menggunakan gunting atau pisau kater hingga tepat berukuran 25X30 cm. Buatlah
kartu-kartu tersebut sejumlah gambar yang akan ditempelkan atau sejumlah materi
yang kita butuhkan.
d. Selanjutnya, jika objek gambar akan langsung dibuat
dengan tangan, maka kertas alas tadi perlu dilapisi dengan kertas halus untuk
menggambar, misalnya kertas HVS, kertas concort atau kertas karton.
e. Mulailah mengambar dengan menggunakan alat gambar
seperti kuas, cat air, spidol, pinsil warna, atau membuat desain menggunakan
computer dengan ukuran yang sesuai lalu setelah selesai di tempelkan pada alas
tersebut.
f. Jika gambar yang ditempel memanfaatkan yang sudah
ada, misalnya gambar-gambar yang dijual di toko, di pasar, maka selanjutnya
gambar-gambar tersebut tinggal dipotong sesuai dengan ukuran, lalu ditempelkan
menggunakan perekat atau lem kertas.
g. Pada bagian akhir adalah memberikan tulisan pada
bagian kartu-kartu tersebut sesuai dengan nama objek yang ada di depannya.
Nama-nama ini biasa dengan menggunakan beberapa bahasa misalnya Indonesia dan Inggris.
5.
Media Kartu
Gambar
Media ini
terbuat dari kartu-kartu kecil.
Setiap
kertas berisikan gambar yang diperoleh dengan jalan menempelkan guntingan
gambar dari majalah atau dan tempat lain. Sifat gambar tematis, boleh memonis
dan boleh.pula sematis.
a.
Menyiapkan kertas karton ukuran kurang
lebih 15 cm x 15 cm.
b.
Membuat kartu bergambar.
c.
menggunting kartu bergambar.
d.
Menempelkan kartu gambar pada kertas
karton.
e.
Mewarnai kartu bergambar dengan spidol
warna.
f.
Menulis catatan pada kartu bergambar.
6.
Media Komik
Media komik adalah media pembelajaran yang diciptakan
dalam bentuk kartun sesuai dengan karakter, namun dikaitkan dengan materi yang
akan diajarkan melalui percakapan tertulis.
a.
Perumusan
ide cerita dan pembentukan karakter yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
b.
Sketching
(pembuatan sketsa), yakni menuangkan ide cerita dalam media gambar secara
kasar.
c.
Inking
(penintaan), yakni penintaan pada goresan pensil sketsa.
d.
Coloring
(pewarnaan), yakni pemberian warna komik yang dapat dilakukan baik black and
white (hitam putih) maupun full color (banyak warna).
e.
Lattering,
yakni pembuatan teks yang sesuai.
7.
Media
Lingkungan Alam Sekitar
Lingkungan
alam Lingkungan alam sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi maupun
sebagai tempat untuk mengamati objek yang akan dipelajari berada atau hidup dalam
lingkungan alam tersebut. Contohnya adalah siswa mengamati bagian-bagian
tumbuhan air di danau.
a.
Menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan
keterampilan proses. Dalam
proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, guru dapat
membimbing siswa untuk belajar dalam hal mengamati, mengukur, mengklasifikasikan,membuat
inferensi dan keterampilan lainnya,
b.
Menggunakan
lingkungan sebagai lahan pengembangan sikap. Pada hakikatnya IPA dapat
dipandang dari tiga dimensi yaitu dimensi proses, produk dan pengembangan sikap
ilmiah. Sebagai contoh sikap berpikir bebas, sikap tidak purba sangka, dan
sebagainya. Termasuk sikap mencintai lingkungan dengan memanfaatkan lingkungan
misalnya tugas membuat atau memelihara kebun sekolah, melakukan eksperimen dan
sebagainya,
c. menggunakan
lingkungan untuk pengayaan. Anak berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang
mampu belajar cepat ada yang belajarnya lambat. Perbedaan ini menimbulkan
masalah di dalam kelas. Bagi anak yang cedas dia akan lebih cepat selesai
mengerjakan sesuatu tugas, maka dengan memanfaatkan lingkungan sekitar maka
guru dapat memberikan tugas tambahan berupa pengayaan bagi anak yang cerdas.
Model pembelajaran interaktif merupakan suatu pendekatan
belajar yang merujuk pada pandangan konstruktivisme. Model belajar ini merupakan salah satu
alternative model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berani
mengungkapkan keinginannya dan ketidaktahuannya terhadap konsep yang sedang
dipelajarinya (Widodo, 2007).
Sedangkan menurut Dasna pembelajaran interaktif mengacu pada interaksi antara
peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan pengajar, atau juga
perserta didik dengan media atau sumber belajar (Dasna, 2015).
Menurut Faire
& Cosgrove dalam (Prayekti, 2004) model pembelajaran interaktif sering
dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa
akan bertanya dan kemudian akan menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri.
Berdasarkan pendapat yang telah ditemukan, model pembelajaran interaktif dapat
dipahami sebagai pembelajaran yang menekankan pada komunikasi antar siswa
maupun siswa dengan guru melalui interaksi langsung dengan sumber belajar.
Komunikasi dapat terjalin dari pemberian stimulis-stimulus untuk menggali
pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai ungkapan rasa ingin tahu siswa terhadap
pengetahuan yang akan dipelajari.
Model
pembelajaran interaktif lebih menekankan siswa sebgai ciri khas. Dalam model
pembelajaran interaktif akan sering muncul pertanyaan-pertanyaan, dan
pertanyaan dimungkinkan bervariasi. Menurut Louisel & Descamps dalam
(Majid, 2004) pertanyaan dalam proses pembelajaran memiliki 3 tujuan pokok,
yakni meningkatkan tingkat berfikir siswa, mengecek pemahaman siswa, dan
meningkatkan partisipasi belajar siswa.
Lebih lanjut
Suparman dalam (Majid, 2014) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran inteaktif
terdapat tujuh karakteristik sebagai berikut, (1) adanya variasi kegiatan
klasikal, kelompok, dan perseorangan, (2) keterlibatan mental (pikiran dan
perasaan) siswa tinggi, (3) guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan manajer kelas yang
demokratis,(4) menantang, dan tetap
terkendali oleh banyak arah, dan (5) suasana kelas fleksibel, demokratis,
menantang, dan tetap terkendali oleh tujuan, (6) potensi dapat menghasilkan
dampak pengiring lebih efektif, (7) dapat digunakan didalam maupun diluar
kelas. Suatu model pembelajaran dapat berhasil diterapkan dengan baik apabila
dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah
model pembelajaran tersebut. Menurut
Emma Holmes (1995) dalam (Irsyadi, 2011) model pembelajaran interaktif
dilasanakan dalam 5 langkah yang meliputi, (1) pengantar (introduction), (2)
aktivitas dan pemecahan masalah (activity/problem solving), (3) fase saling membagi
dan diskusi (sharing and discussing), (4) fase meringkas (summaring), (5)
penilaian unit belajar materi (assement of learning of unit material).
Sedangakan
menurut Faire & Cosgrove (1998) dalam (Widodo, 2007), model pembelajaran
interaktif terbagi dalam tujuh tahapan, yaitu: “pertama adalah tahap persiapan,
pada tahap ini guru dan siswa memilih serta mencari informasi tentang latar
belakang topic, kemudian mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengtan
materi yang akan dipelajari. Kedua adalah tahap pengertahuan awal, dalam tahap
ini siswa mencoba mengungkapkan pengetahuan awal mereka tentang topic yang akan
dipelajari. Sementara guru menggali pengetahuan dasar siwa tentang topic yang
akan dipelajari. Ketiga adalah kegiatan eksplorasi , guru member penjelasan
terkait topic yang ingin dieksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi siswa lebih
dilibatkan lebih mendalam terkait topic yang dipelajari. Dengan demikian siswa
diranfgsang untuk mengajukan pertanyaan. Keempat adalah tahap pertanyaan siswa,
pada tahap ini seluruh siswa diajak untuk membuat pertanyaan mengenai topic
yang dipelajari. Kelima adalah tahap penyelidikan, pada tahap ini guru dan
siswa memilih pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penyelidikan. Keenam adalah tahap pengetahuan akhir, pada
tahap ini pengetahuan masing-masing siswa atau kelompok dikumpulkan dan
dibandingkan dengan jawaban awal. Ketujuh adalah tahap refleksi, pada tahap ini
diterapkan apa yang telah diuji atau dibuktikan dan apa yang masih perlu
dimantapkan. Jika masih ditemukan pertanyaan susulan pada penerapan model pembelajaran
interaktif untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD (Nugroho Widiantoro, Nyoto
Harjono) tahap refleksi ini dengan kata lain konsep belum terlalu dikuasai,
maka perlu diulangi ke tahap penyelidikan.”
Dari pendapat
para ahli, penelitian ini mengacu pada langkah-langkah model pembelajaran interaktif menurut Holmes dengan rincian sebagai
berikut:
Table
1. langkah-langkah modelpembelajaran interaktif
No
|
Tahapan
|
Aktivitas
|
1.
|
Tahap
pengantar
|
Tahap
mengorganisasikan kelas untuk belajar (kerja individual atau kerja kelompok).
Menentukan masalah atau aktivitas yang akan diseleksi siswa berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan dari siswa (pengetahuan awal). Menyampaikan masalah,
melakukan aktivitas (penyelidikan, percobaan, pengamatan, atau berdiskusi),
melanjutkan atau mempelajari suatu topic, serta mengerjakan tugas (proyek).
|
2.
|
Tahap
aktivitas penyelesaian masalah
|
Tahap
ini adalah inti model pembelajaran interaktif, melibatkan siswa untuk
berfikir dan merencanakan apa yang harus digali dari materi pembelajaran, dan
pembagian tugas (kelompok). Guru mengamati, membimbing, dan member komentar
terhadap kegiatan siswa. Pada tahap ini akan terlihat situasi interaktif
antar siswa, antar siswa dengan kelompok, maupun siswa dengan guru.
|
3.
|
Tahap
saling berbagi dan diskusi
|
Tahap
siswa untuk melaporkan hasil penyelidikan atau penyelesaian masalah dari
pertapnyaan merekan sendiri (individu) atau kelompok, pelaporan dapat
dilakukan melalui presentasi atau diskusi saling bertukar pendapat untuk
mendapatkan kesimpulan. Sementara guru dapat memimpin, mengawasi, dan memberi komentar dalam kegiatan diskusi
atau presentasi dengan
menyampaikan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. Melalui pertanyaan itu
memungkinkan melatih siswa untuk berfikir tingkat tinggi dalam menghubungkan
fakta-fakta yang mereka temukan dari pengalaman dengan pengetahuan awal
mereka, menjadi konsep pengetahuan baru yang dipahami siswa.
|
4.
|
Tahap
meringkas
|
Tahap
siswa untuk memeriksa kembali apa yang telah dilakukan atau dipelajari siswa.
Kemudian membuat laporan hasil kegiatan siswa berdasarkan pengalaman mereka
dan apa yang telah mereka pelajari secara ilmiah dengan bimbingan dari guru.
|
5.
|
Tahap
menilai belajar
|
Tahap
melakukan penilaian belajar, siswa dan guru bersama-sama menilai kegiatan
pembelajaran dari awal sampai akhir proses pembelajaran. Sehingga siswa
diharapkan menguasai materi dengan baik.
|
Menurut Renny dalam (Majid, 2014) pembelajaran interaktif
memiliki enam kelebihan yaitu, (1) siswa lebih banyak diberikan kesempatan
untuk melibatkan keingin tahuannya pada objek yang akan dipelajari. (2) melatih
mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
guru. (3) memberikan saran bermain bagi siswa melalui kegiatan eksplorasi dan
investigasi. (4) guru menjadi fasilitator, motivator, dan perancang aktivitas
belajar. (5) menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran aktif. (5) hasil
belajar lebih bermakna.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran interaktif yakni,
keberhasilan pembelajaran bergantung pada kemampuan dan kecakapan guru sebagai
fasilitator dan manajer kelas dalam berkomunikasi multi arah untuk
mengembangkan dinamika kelompok. Kekurangan tersebut
dapat diatasi atau diminimalkan dengan memberikan pengertian kepada guru
tentang dinamika kelompok. Dinamika kelompok menurut Santosa (2004: 5)
merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua Scholaria: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol 7 No 3, September 2017: 199-213 individu atau lebih yang
mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang
lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung
dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.
Terdapat 6
karakteristik atau ciri suatu kelompok menurut Shaw (dalam Rusmana,2007),
yaitu, (1) persepsi dan kognisi anggota kelompok, (2) motivasi dan kebutuhan
kepuasan (need satisfication), (3) tujuan kelompok (Group Goals), (4)
organisasi kelompok, (5) ada ketergantungan antara anggota kelompok, dan (6)
interaksi. Dalam membentuk kelompok yang teratur dapat dilakukan dengan
mengembangkan interaksi antar siswa melalui pembagian kerja/tugas,
pengorganisasian kelompok, membuat tujuan kelompok, dan kebersamaan kelompok.
1. Media pembelajaran CD Interaktif
Media pembelajaran digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Media CD interaktif dikembangkan agar
memberi ragam atau variasi belajar, sehingga siswa akan lebih tertarik dan
termotivasi dalam belajar. Bertujuan agar menghasilkan sebuah media
pembelajaran IPA terpadu yang layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran
yang dikemas dalam bentuk CD. CD interaktif yang dikembangkan layak berdasarkan
hasil validasi yang digunakan oleh pakar dan efektif digunakan dalam
pembelajaran karena dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa.
Peningkatan kualitas pendidikan dan pengetahuan dapat
dilakukan salah satunya dengan adanya metode pembelajaran menggunakan CD
interaktif.. CD interaktif memiliki beragam bentuk variasi yaitu permainan,
soal- soal, dan materi bahan ajar (Prastowo, 2011). Komputer sebagai media
pembelajaran mempunyai efektifitas yang cukup tinggi karena mampu menggabungkan
dan menghadirkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi).
Dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan
navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dalam waktu dan tempat yang
sama. Maka peneliti mengembangkan media pembelajaran IPA terpadu yang dikemas
dengan bentuk CD interaktif.
Pengembangan produk media CD interaktif diawali dengan
penyusunan tema, pembuatan storyboard berdasarkan
pada literatur yang telah dikumpulkan sebelumnya, dan penyusunan naskah
secara keseluruhan. Pada media CD
interaktif ditambahkan keterangan mengenai audio, gambar, animasi, simulasi
pada tiap frame. Produk CD interaktif
dikembangkan dengan menggunakan software
flash dan materi disajikan secara padat. Desain CD interaktif IPA terpadu
yaitu: 1) judul tampilan cover media, 2) tampilan awaal madia, 3) menu utama,
4) beranda, 5) Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar, 6) materi, 7) evaluasi,
8) bantuan, 9) referensi, 10) terimakasih, 11) profil.
2.
Media Pembelajaran interaktif
berbasis Multimedia
Metodologi penelitian pembuatan aplikasi media
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berbasis multimedia ini menggunakan
metodologi pengembangan multimedia (Luther Sutopo, 1994) yaitu konsep,
perancangan, pengumpulan bahan, pembuatan, pengujian, dan distribusi.
Pengembangan media menggunakan pendekatam ‘VISUALS” yaitu Visible (mudah
dilihat), interesting (menarik), simple (sederhana), useful(isinya bermanfaat),
Accurate (benar bisa dipertanggung jawabkan), Legitimate (masuk akal), dan
Structured (tersusun dengan baik). Aplikasi media pembelajaran IPA dapat
digunakan oleh pengajar pada sarana pembelajaran berbasis multimedia.
Pengertian multimedia menurut Vughan dalam (Binanto,
2010), multimedia merupakan kombinasi teks, seni suara, gambar, animasi, dan
video. Yang disampaikan computer atau dimanipulasi secara digital dan dapat
disampaikan atau dikontrol secara interaktif. Ada tiga jenis multimedia menurut
Hofstetter Suyanto dalam (Bnanto, 2011), mulitimedia adalah pemanfaatan
komputer untuk membuat dan dan menggabungkan teks, grafis, audio, gambar,
bergerak,(video dan animasi) dengan menggunakan link dan tool yang memungkinkan
pemakai menggunakan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi. Dalam
definisi ini terkandung empat komponen yang penting multimedia menurut Suyamto
dalam(Bimantoro, 2011) diantaranya:
a.
Harus
ada komputer yang mengkoordinasikan sebagai apa yang dilihat dan didengar yang
menghubungksn interaktif.
b.
Harus
terdapat link sebagai sarana penghubung dan komponen multimedia.
c.
Harus
terdapat alat navigasi yang memandu pengguna , menjelajah jaringan informasi
yang saling terhubung.
d.
Multimedia
menyediakan tempat kepada pengguna untuk mengumpulkan, memproses, dan
mengomunikasikan ide yang diciptakan.
Pada konsep pengertian multimedia pembelajaran terbagi
menjadi uraian yaitu pengertian multimedia dan pembelajaran. Secara ringkas
multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih yang terdiri
dari teks, grafis, foto, audio, video, dan animasi secara terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua kategori yaitu multimedia linear dan multimedia
interaktif. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan dua
pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Pada tahap
yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar
(learning in process). Sebab sesuatu dikatakan hasil belajar apabila memenuhi
beberapa ciri berikut: (1) belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa
merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi
untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam
belajar sampai pengetahuan itu dimiliki
secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya. (2) hasil belajar
diperoleh dengtan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara
spontanitas, instant, namun bertahap (sequential). (3) belajar menumbuhkan
interaksi, khusunya interaksi yang bersifat manusiawi. (Rudi dan Cepi, 2009).
Penggunaan media pembelajaran sangat
penting, karena hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran.
Tujuan akhir dari pemilihan media pengajaran adalah bahwa penggunaan media
pembelajaran dapat memungkinkan siswa berinteraksi dengan media yang guru pilih. Selain itu guru harus mengetahui prosedur
pembuatan/produksi media pembelajaran yang menarik dan kreatif, namun mudah
dipahami oleh siswa sehingga diharapkan siswa antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Model pembelajaran interaktif juga harus dikuasi oleh guru karena
model ini merupakan salah satu alternative model
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berani mengungkapkan keinginannya
dan ketidaktahuannya terhadap konsep yang sedang dipelajarinya.
Semoga dengan
pembelajaran ini kita semua menjadi yakin bahwa belajar atau mengajar
menggunakan media itu jauh lebih mudah dan dapat dipahami oleh siswa dan juga bisa melatih siswa SD menjadi aktif
dalam proses belajarnya supaya tidak hanya gurunya saja yang aktif tetapi siswa
juga ikut aktif.
Universitas Terbuka Convention, 26 November 2016 Prosiding
Temu Ilmiah Nasional Guru (TING) VIII
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 7 No 3,
September 2017: 199-213
Feby Rizka Ayuning Wulandari dkk/Unnes Science
Education Journal 2 (2) (2013) ISSN 2252-6609
Jurnal STT-Garut All Right Reserved ISSN: 2302-7339
Vol. 11 No. 1 2014
Jurnal Ilmiah DASI Vol.
14 No. 04 Desember 2013, hlm 10-13
Jurnal Kreatif Tadulako
Online VOL. 5 No. 3
Jurnal Pendidikan surya
Edukasi (JPSE), Volume: 3, Nomor: 1, Juni 2017
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216
Keefektifan Media Wall Chart Pada
Pembelajaran Menulis Cerpen Di Kelas X SMA Negeri 1 Bawang Kabupaten
Banjarnegara, Juni
2015_
Jurnal Pencerahan Volume 9, Nomor 2, September 2015
Halaman 66-82 ISSN 1693-1775
Post Title :
MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN IPA “PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN”
0 comments
Post a Comment