PENTINGNYA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

asd

PENTINGNYA KEMAMPUAN  BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


ABSTRAK
Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah salah satu kemampuan yang perlu dimiliki dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika dari tingkat SD sampai tingkat perguruan tinggi. Hal ini disebabkan kemampuan-kemampuan tersebut sesuai dengan visi matematika, tujuan matematika tujuan pendidikan nasional, dan tujuan pembelajaran matematika sekolah. Berpikir kreatif matematis adalah kemampuan menemukan dan menyelesaikan masalah matematis yang meliputi komponen-komponen: kelancaran, fleksibilitas, elaborasi, dan keaslian.
Kata kunci : Berpikir kreatif matematis

PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan yang diselenggarakan pada setiap satuan pendidikan mengacu pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yaitu mengembangkan siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah dengan dimuatnya matematika sebagai pelajaran wajib bagi siswa dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi.
Pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2006, disebutkan bahwa matematika perlu diberikan kepada semua siswa dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2006 adalah mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, instuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba. Kurikulum tersebut juga menyebutkan bahwa salah satu prinsip kegiatan belajar mengajar adalah mengembangkan kreativitas siswa. Dengan demikian, kurikulum KTSP 2006 mengisyaratkan bahwa pentingnya mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran matematika.
Pentingnya pengembangan kreativitas juga terdapat pada Kurikulum 2013. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 dalam Kurikulum 2013 tentang Pengelolan dan Penyelenggaraan Pendidikan, yang menyebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah adalah membangun landasan bagi berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif.  Kurikulum tersebut juga menyebutkan bahwa salah satu kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang harus dimiliki oleh siswa yaitu memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sejenis. Pada matematika, kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan produk dari kreativitas matematika sedangkan aktivitas kreatif merupakan kegitan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas siswa. Walaupun dalam Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa, tetapi dalam pelaksanaannya masih belum optimal. Menurut Evvynck (dalam Prusak, 2015: 17) berfikir kreatif matematika sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengembangkan pemikiran terstruktur yang mengacu pada sifat logis, didaktik dari daerah pengetahuan dan mengadaptasi koneksi ke konten matematika. Jadi pengembangan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam menunjang pembelajaran matematika.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dikaji tentang pengertian berpikir kreatif matematis dan ciri-ciri berpikir kreatif.  
PEMBAHASAN
Mahmud (2010) menyatakan bahwa dalam tataran praktik, berpikir memiliki tiga definisi yaitu : (1) Berpikir adalah mengotak atik rumus, (2) Berpikir adalah mendefinisikan objek konkret menjadi abstrak melalui visualisasi; dan (3) Berpikir adalah menarik kesimpulan dari realitas yang dipahami. Ruggiero (Siswono, 2008) mengatakan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan.
Kaitannya dengan pendidikan matematika, Sumarmo (2006) secara umum mengartikan berpikir matematik sebagai pelaksanaan kegiatan atau proses matematika (doing math) atau tugas matematika (mathematical task). Ditinjau dari kedalaman atau kegiatan matematik, kegiatan berpikir dalam matematika dibagi menjadi dua, yaitu berpikir matematika tingkat rendah (low order mathematical thinking) dan berpikir matematika tingkat tinggi (high order mathematical thinking).
Pada proses pembelajaran proses terjadinya berpikir merupakan faktor yang paling penting. Piaget (Suryadi, 2005) mengemukakan tiga faktor dalam pembelajaran berpikir, yaitu (1) Perlunya memperhatikan mengapa seorang anak berpikir dengan cara tertentu; (2) Perlu diingat bahwa berpikir adalah berbuat sehingga merupakan suatu proses yang aktif; dan (3) Perlu bagi anak untuk melakukan eksplorasi tentang konsep-konsep kunci tertentu yang dapat mengungkapkan potensi yang mereka miliki.
Dalam kemampuan berpikir kreatif, kreativitas adalah jalan menuju kemampuan itu. Jika seseorang memiliki kreativitas tinggi maka itu membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan untuk berpikir kreatif. Seperti yang dinyatakan oleh Mardianto (2012), kreativitas adalah produk dari cara berpikir yang baik dan benar. Sedangkan Munandar (1999) mendefinisikan kreativitas menggunakan pendekatan dan strategi empat P, yaitu sebagai berikut.
a.         Pribadi, kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah diharapkan timbul berbagai ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.
b.        Pendorong, menekankan pada kondisi internal (dorongan yang berasal lingkungan) yang dapat mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitasnya. Dengan demikian, untuk mewujudkan bakat kreatif siswa maka diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, dan lain-lain.
c.         Proses, kreativitas adalah kesempatan untukbersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini yang penting adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk mengapresiasikan dirinya secara kreatif.
d.        Produk, kondisi yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan produk kreatif bermakna yang berasal dari kondisi pribadi dan lingkungannya. Kondisi tersebut melibatkan seseorang dalam proses kreatif.
Krutetskii (Siswono, 2008) menjelaskan bahwa kemampuan kreatif sekolah berhubungan pada suatu penguasaan kreatif mandiri (independent) matematika dibawah pengajaran matematika, formulasi mandiri masalah-masalah matematis yang tidak rumit (uncomplicated), penemuan cara-cara dan sarana dari penyelesaian masalah, penemuan bukti-bukti teorema, pendedukasian mandiri rumu-rumus dan penemuan metode-metode asli penyelesaian masalah non standar. Semua itu tidak dilakukan lagi adalah suatu manivestasi dari kreativitas matematis. Penjelasan Krutetskii menunjukkan bahwa kreativitas matematika sekolah merupakan bagian dari kreativitas matematika yang meliputi formulasi masalah matematis, pemecahan masalah, penemuan bukti-bukti teorema, atau deduksi struktur matematis. Kreativitas matematika sekolah tersebut dapat berupa formulasi (pengajuan) masalah matematis yang tidak rumit, penemuan cara-cara penyelesaian suatu masalah, pembuktian teorema, atau penurunan rumus-rumus.
Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan meperhatikan instuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapakan kemungkinan-kemungkinan baru, membuat sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide yang tidak terduga (Usman, 2014). Selanjutnya, LTSIN (2014) mendefinisikan secara khusus berpikir kreatif adalah proses untuk menghasilkan ide baru dan ide baru tersebut merupakan ide-ide gabungan yang sebelumnya belum digabung-gabungkan. Pendapat Evans (Siswono, 2008) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (connections) yang terus menerus sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” sampai orang menyerah. Evvynck (dalam Prusak, 2015: 17) mendefinisikan berfikir kreatif matematika sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengembangkan pemikiran terstruktur yang mengacu pada sifat logis, didaktik dari daerah pengetahuan dan mengadaptasi koneksi ke konten matematika.
Menurut penelitian Firdaus, Abdur Rahman As’ari, Abd. Qohar (2016) mengatakan bahwa pembelajaran open-ended pada materi SPLDV meningkatkan kreatifitas siswa. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemblejaran open-ended merupakan salah satu cara meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa. Pendekatan open-ended memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar melalui kegiatan-kegiatan nyata dengan menyajikan fenomena alam seterbuka mungkin kepada siswa.
Munandar (1999) mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah matematika,  dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Semua jawaban tersebut harus sesuai, tepat, dan bervariasi. Lebih lanjut, Munandar (1999) menjelaskan bahwa ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut.
a.    Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
b.    Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c.    Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d.   Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

       Berpikir kreatif dalam matematika dapat dipandang sebagai orientasi atau
disposisi tentang instruksi matematis, termasuk tugas penemuan dan pemecahan
masalah. Aktivitas tersebut dapat membawa siswa mengembangkan pendekatan
yang lebih kreatif dalam matematika. Tugas aktivitas tersebut dapat digunakan
oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan
dengan dimensi kreativitas. Krutetskii (Hartono, 2009), mengatakan bahwa
kreativitas identik dengan keberbakatan matematika. Lebih lanjut, Krutetskii
(Hartono, 2009), kreativitas dalam pemecahan masalah matematis merupakan
kemampuan dalam merumuskan masalah matematika secara bebas, bersifat
penemuan, dan baru. Ide-ide ini sejalan dengan ide-ide seperti fleksibilitas dan
kelancaran dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen
yang berkaitan dengan kreativitas secara umum. Silver (1997), menambahkan
aktivitas matematis seperti pemecahan masalah dan penghadapan masalah
berhubungan erat dengan kreativitas, yang meliputi: kefasihan, keluwesan, dan
keaslian.
Heylock (1997) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis
dapat menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah dengan
memperhatikan jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah yang proses
kognitifnya dianggap sebagai proses berpikir kreatif. Pendekatan kedua adalah
menentukan kriteria bagi sebuah produk yang diindikasikan sebagai hasil dari
berpikir kreatif atau produk-produk divergen, selanjutnya Haylock (1997) juga
mencatat bahwa banyak usaha untuk menggambarkan kreatif matematis. Pertama
memandang “termasuk kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru
antara teknik-teknik dan bidang-bidang dari aplikasi dan untuk membuat asosiasiasosiasi antara yang tidak berkaitan dengan ide”.
Kemampuan berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian kemampuan berpikir kreatif secara umum. Krulik dan Rudnick (Siswono, 2007) menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan pemikiran yang bersifat asli, reflektif, dan menghasilkan suatu produk yang kompleks. Kemampuan berpikir tersebut melibatkan sintesis ide-ide, membangun ide-ide baru dan menentukan efektivitasnya. Selain itu, juga melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan dan menghasilkan produk yang baru.
Pehkoen (1997) looked at the creative thinking as a combination of logical thinking and divergent thinking which is based on intuition but still in consiciousness. Pehkoen memandang berpikir kreatif sebagai perpaduan dari berpikir logis dan divergen yang didasarkan pada instuisi tapi masih dalam kesadaran.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan
dan menyelesaikan masalah matematis yang meliputi komponen-komponen:
kelancaran, fleksibilitas, elaborasi, dan keaslian.
PENUTUP
Indikator merupakan variabel yang bisa membantu kita dalam kegiatan pengukuran berbagai macam perubahan yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung. Indikator berpikir kreatif adalah:
NO
Indikator
Aspek yang harus dipenuhi
   1
Kelancaran
Siswa dapat menyelesaikan masalah matematika dengan memberikan lebih dari satu jawaban.
2
Fleksibilitas
Siswa dapat menyelesaikan masalah matematika dengan bermacam-macam cara.
3
Elaborasi
Siswa dapat melakukan langkah terperinci untuk mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah .
4
Keaslian
Siswa dapat menyelesaikan masalah matematika dengan caranya sendiri yang berbeda dengan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2013/2014. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan.
LTSIN, (2014). Learning Thinking Scotland: Learning and teaching scotland.
Mahmud. (2010). Psikologi pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Munandar. (1999). Perkembangan Kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Prusak, A. (2015). Nurturing Students’ Creative Through Telling Mathetical Stories. The 9th Matehmatical Creativity and Giftednes International Conference Proceding, Romania : Sinaia
Semiawan, R. C. (2002). Belajar dan pembelajaran dalam taraf usia dini. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.
Siswono, T. Y.  E. (2007). Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatf Siswa Dan Memecahkan Dan Mengajukan Masalah Matematika. Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung Dan Meningkatkan Kemampuan Matematika Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indosesia.

Usman, M. R. (2014). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Serta Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Post Title : PENTINGNYA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENTINGNYA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA,

PENTINGNYA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

0 comments

Post a Comment

Powered by Blogger.

Categories

Label

ab 123 (2) agakara (1) Agribisnis (9) AIK (4) bab 1 pendahuluan (1) bab 3 dalam penelitian (1) bab 3 dalam proposal (1) Bahasa Indonesia (5) Bahasa Jawa (1) budidaya (1) bunga mawar (2) cabai hijau (1) cabai rawit (1) cabe hijau (1) cabe rawit (1) cara membuat proposal (1) cara membuat skripsi (1) cara tanam (1) cilantro (1) contoh bab 123 proposal (1) contoh bab 123 skripsi (2) contoh bab 2 dalam KTI (1) contoh bab 2 dalam makalah (1) contoh bab 2 dalam proposal (1) contoh bab 2 dalam skripsi (1) contoh bab 2 landasan teori (1) contoh bab 3 metode penelitian (1) contoh proposal (1) contoh skripsi (1) coriander (1) filsafat (1) geografi (1) hipotesis (1) IPA (1) ips (1) ÏPS (2) jenis sayuran (5) jurnal teori konflik (1) kajian kritis (1) kajian teori (1) kampus (1) karya ilmiah (1) Kewarganegaraan (1) Kewirausahaan (2) kkn (1) konflik pekerjaan keluarga (1) konsep dasar geografi (1) kualitatif (1) Kuisoner (2) labu duri (1) labu ular (1) latihan kata (1) Local Business (1) lombok hijau (1) magang (1) makalah (1) makalah geografi (1) Manajemen (3) MATEMATIKA (7) metode kuantitatif (1) metodologi penelitian (1) obat herbal (1) PAI Prodi (1) pancasila (1) panduan menanam (1) panduan proposal (1) panduan skripsi (1) PBSI (1) penelitian (1) perawatan tubuh (1) pertanian (1) pgsd (2) pohon kelor (1) ppl (1) Proposal Penelitian (1) Psikologi (3) RPP (3) RPS (1) sayuran kebun (6) Skripsi (2) soal ips dan jawaban (1) sopistikasi (1) submateri (1) surat biodata (1) surat domisili (1) surat ijin orang tua (1) surat ijin polisi (1) surat keterangan bersih diri (1) surat keterangan miskin (1) surat pernyataan miskin (1) tanaman bit (1) tanaman gambas (1) tanaman herbal (1) tanaman hias (4) tanaman kelor (1) tanaman ketumbar (1) tanaman labu (2) tanaman musim kemarau (1) tanaman oyong (1) tanaman terong (1) tanaman toga (1) tanaman tropis (1) teks anekdot (1) teori konflik (1) tips berkebun (6) tips bertanam (5) tugas akhir (1) tugas individu (1)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel