Contoh Skripsi HUBUNGAN INTENSITAS AKSES INTERNET TERHADAP PENYIMPANGAN SEKSUAL PADA KASUS PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK BINAAN LPKA KELAS 1 KUTOARJO
HUBUNGAN INTENSITAS AKSES INTERNET TERHADAP
PENYIMPANGAN SEKSUAL PADA KASUS PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK BINAAN LPKA KELAS 1
KUTOARJO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saat
ini dunia telah memasuki perkembangan teknologi yang cepat dan pesat semua
orang baik anak anak hingga dewasa dapat dengan mudah mengakses dan berselancar
di internet. mulai dari kalangan sosial kelas atas hingga masyarakat kelas
bawah dapat mengakses internet dengan mudah termasuk para remaja yang baru baru
mengalami pubertas. Apa lagi dengan murahnya media untuk mengakses internet
menjadi faktor mudahnya untuk menjeleajah internet tanpa batasan.Internet
adalah singkatan dari interconenection networking adalah seluruh jaringan
komunikasi yang menggunakan media elektronik, yang saling terhubung menggunakan
standar sistem global Transmission Control Protocol/Internet Protocol Suite
(TCP/IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication
protocol) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia.Rangkaian internet
yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaidah
ini dinamakan internetworking ("antarjaringan") (Wikipedia). Internet
merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika
Serikat pada tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced
Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana
dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan
komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon
(wikipedia).
Tujuan
awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem
jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah
vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk
menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat
mudah dihancurkan. Yang kemudian internet diperuntukan untuk masyarakat luas
untuk memudah kan kehidupan sehari hari.
Jumlah
pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya
Internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu, dan pandangan
dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di
seluruh dunia mempunyai akses Internet yang mudah atas bermacam-macam
informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, Internet melambangkan
penyebaran(decentralization) / pengetahuan (knowledge) informasi dan data
secara ekstrem. (Melwin, 2005).
Dengan
internet pengguna dapat berselancar dengan bebas tanpa batasan di dunia maya.
Pengguna internet dapat mengakses email, chating, bisnis, hiburan, pengetahuan,
tak terkecuali pornografi. adalah Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,
foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan,
gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi
dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi
seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. (UUD, 2008)
Hal
hal seksual dapat dengan mudah di akses dalam dunia internet. semua orang bisa
mengakses dan mengkonsumsi pornografi baik berupa gambar, video, dan cerita
berbau sensual termasuk remaja. Remaja adalah masa transisi dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan aspek/fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Masa remaja merupakan fase dimana kematangan organ sesnsualnya sudah
mulai bekerja dan cenderung membicarakan, mempelajari atau sekedar mengamati
segala hal yang berbau seksual. Hal tersebut dapat mengacu pada terjadinya
perubahan perilaku remaja.
Tingkat
sadisme dan seks bebas di kalangan remaja Indonesia kian memprihatinkan. Hal
ini ditandai makin tingginya angka pembuangan bayi di jalanan di sepanjang
Januari 2018. Ada 54 bayi dibuang di jalanan di Januari 2018. Pelaku umumnya
wanita muda berusia antara 15 hingga 21 tahun. Ind Police Watch (IPW), Neta S
Pane menilai, sepanjang Januari 2018 bayi yang dibuang di Indonesia ada
sebanyak 54 bayi. Angka ini mengalami kenaikan dua kali lipat (100 persen
lebih) jika dibandingkan dalam periode yang sama pada Januari 2017, yang hanya
ada 26 kasus pembuangan bayi. “Di 2017 angka pembuangan bayi di Indonesia
tergolong tinggi dalam sejarah, yakni ada 179 bayi yang dibuang di jalanan, 79
tewas, 10 masih bentuk janin dan 89 berhasil diselamatkan. Sepertinya di 2018
ini trennya akan lebih meningkat lagi karena di Januari saja sudah naik 100
persen,” ucapnya dalam keterangan yang di terima telusur.co.id, Jakarta, Rabu
(31/1/18). (telusur.co.id)
Hasil
Survei Penduduk Antar Sensus 2015 menunjukkan bahwa penduduk usia 15-24
tahunmencapai 42.061,2 juta atau sebesar 16,5 persen dari total penduduk
Indonesia. Tingginya jumlah remaja di Indonesia, disertai pula dengan
problematika yang dihadapi oleh mereka. Dari berbagai permasalahan remaja yang
mencuat, masalah seksualitas adalah yang paling banyak mendapat sorotan dari
berbagai kalangan. Masalah seksualitas merupakan masalah yang pelik bagi
remaja, karena masa remaja merupakan masa dimana seseorang dihadapkan pada
berbagai tantangan dan masalah, baik itu masalah perkembangan maupun
lingkungan. Tantangan dan masalah ini akan berdampak pada perilaku remaja,
khususnya perilaku seksualnya. Data menunjukkan bahwa 15 juta remaja perempuan
usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, sekitar 15-20 % dari remaja usia
sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Tingginya
angka hubungan seks pra nikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan
meningkatya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan
reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini sekitar 2,3 juta dan 1520 %
diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia. (Rahma, 2018).
Menurut
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010, diketahui
sebanyak 51% remaja di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
(Jabodetabek) telah melakukan hubungan seksual. Dari kota-kota lain di
Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan hubungan seksual
tercatat 54% di Surabaya, 47% di Bandung dan 52% di Medan. Berdasarkan survey
yang dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak (2011) di 12 kota besar
Indonesia mengenai perilaku remaja didapatkan sebanyak 83% remaja pernah
mengaku menonton video porno, 93,7% pernah melakukan hubungan seksual dan 21%
atau satu diantara lima remaja di Indonesia pernah melakukan aborsi (Shintami,
2012).
Berdasarkan
data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) diPerkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2015,pada tahun 2011 tercatat 2.967
remaja yang berkonsultasi ke PILAR dimanasebanyak 821 remaja berkonsultasi
tentang permasalahan kesehatanreproduksi dan terdapat 79 kasus tentang
Kehamilah Tidak Diinginkan(KTD). Sementara pada tahun 2012, terdapat 63 kasus
KTD pada remajausia termuda 12 tahun. Dan pada tahun 2013 terdapat 64 kasus
KTD, 26kasus terjadi di Semarang (PILAR PKBI Jateng, 2015).
Pencarian
informasi tentang perilaku seksual remaja saat ini sangat didukung oleh
perkembangan dan kemajuan teknologi informasi berupa internet yang sedang
diminati dan digemari oleh remaja. Internet meliputi gadget dan smartphone yang
banyak digunakan remaja dalam interaksi sosial mereka. Kemajuan teknologi
ibarat dua mata pisau, di satu sisi sangat menguntungkan, di sisi lain bisa
berbahaya. Salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi berupa internet
adalah mudahnya mengakses pornografi dan pornoaksi yakni internet pornografi
(Suyatno, 2011).
Penggunaan
pornografi dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan peniruan perilaku yang
terdapat secara eksplisit dalam konten pornografi. Peniruan perilaku ini dapat
berupa perilaku hubungan seksual baik yang ringan seperti ciuman, pelukan,
hingga perilaku seksual berat seperti hubungan intim. Peniruan perilaku ini
dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan maupun penularan infeksi
menular seksual (Rachman, 2009).
LPKA
Kelas 1 kutoarjo merupakan salah satu UPT Pemasyarakatan di wilayah Kanwil
Kemenkum HAM Jawa Tengah yang khusus untuk membina Anak yang Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih banyak
yang mengenal LPKA Kutoarjo sebagai "Penjara Anak" atau "LP
Anak" yang memang sebelum berubah nama menjadi LPKA Kutoarjo adalah
Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Kutoarjo.
Di
dalam LPKA kelas 1 Kutoarjo sendiri sebagian besar anak binaannya adalah remaja
remaja terjerat kasus pemerkosaan dan persetubuhan. Menurut sipir setempat anak
anak binaan di LPKA Kelas 1 Kutoarjo terjerat kasus Pemerkosaan dan
persetubuhan karena faktor gadget dan pornografi.
Berikut
cuplikan wawancara
“disini
itu banyak yang kasus pelecehan seksual yang terbagi pemerkosaan dan
persetubuhan, bedanya pemerkosaan sama persetubuhan itu kalo persrtubuhan
dilakukan sama sama suka tapi orang tuanya tidak menyetujui jadi orang tua
lapor, jadinya di penjara si laki lakinya klo pemerkosaan itu secara paksa,
faktor yang mempengaruhi itu karena gadget sama pornografi. Biasanya barang
buktinya itu berupa HP nah isi hpnya rata rata ada video pornonya sama chat
chat mesum”
Dari
problematika tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Media Elektroni terhadap Penyimpangan Seksual pada Kasus
Pelecehan Seksual pada Anak Binaan LPKA Kelas 1 Kutoarjo”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana
hubungan intensitas akses internet terhadap penyimpangan seksual pada kasus
pelecehan seksual pada anak binaan lpka kelas 1 kutoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas akses internet
terhadap penyimpangan seksual pada kasus pelecehan seksual pada anak binaan
lpka kelas 1 kutoarjo
D. Manfaat
1.
Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian diharapkan menjadi
sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang
keterpaparan pornografi dan pengaruh dari Internet terhadap perilaku seksual
remaja, serta dapat menjadi pelajaran bagi orangtua dan remaja agar lebih
mengawasi dan melakukan hal positif bagi remaja.
2.
Manfaat
Praktis
Bagi Peneliti
Peniltian ini dapat menambah ilmu dan
pengetahuan dalam tentang hubungan intesnsitas penggunaan internet terhadap
perilaku pelecehan seksual
Bagi Masyarakat
Penilitian ini diharapkan menjadi
informasi yang bermanfaat dan dapat mencegah dan mengurangi dampak media internet
terhadap perilaku seksual remaja serta agar orang tua dapat mengawasi dan
mendapingi anak anak dalam menggunakan media internet
E. Keaslian Penelitian
Penelitian
hubungan elektronik dengan perilaku seksual pada remaja bukanlah tema baru
dalam ranah psikologi. Berikut penelitian dengan ranah tema sama yang sudah
dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Hasli Yutifa dkk pada 2015 dengan judul “HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI
MELALUI ELEKTRONIK TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA” merupakan penelitian
terhadap 99 remaja SMA/Sederajat di Pekan Baru. Hasil penelitian ini adalah
maka ada hubungan yang signifikan antara frekuensi keterpaparan pornografi
terhadap perilaku seksual remaja di Pekanbaru. tidak ada hubungan yang
signifikan antara jumlah keterpaparan
materi pornografi terhadap perilaku seksual remaja di Pekanbaru. Dan
tidak ada hubungan yang signifikan antara media elektronik terhadap perilaku
seksual remaja di Pekanbaru.
Frilen
Suwuh dkk juga pernah melakukan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN PENGGUNAAN
SMARTPHONE DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 2 LANGOWAN
KECAMATAN LANGOWAN UTARA” penelitian ini
menggunakan 128 siswa kelas X dan XI SMA N 2 Lawongan. Dari hasil penelitian
tersebut Ada hubungan penggunaan smartphone dengan perilaku seksual remaja di
SMA Negeri 2 Langowan Kecamatan Langowan Utara.
Kedua
penelitian tersebut sama sama menggunakan tema elektronik dan perilaku seksual.
Hasil penelitian Hasli Yutifa dkk ada hubungan yang signifikan antara frekuensi
keterpaparan pornografi terhadap perilaku seksual remaja di Pekanbaru. Dan
hasil penelitian dari Frilen Suwuh dkk adalah adanya hubungan penggunaan
smartphone dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 2 Langowan Kecamatan
Langowan Utara. Berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan 12 anak binaan
LPKA Kelas 1 Kutoarjo yang terjerat kasus pemerkosaan dan persetubuhan untuk
mengetahui hubungan intensitas akses internet terhadap penyimpangan seksual
pada kasus pelecehan seksual pada anak binaan lpka kelas 1 kutoarjo.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Perilaku Seksual
Perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasratseksual, baik dengan lawan
jenisnya maupun dengan sesama jenis.bentukbentuk perilaku ini beraneka ragam,
mulai dari perasaan tertarik sampaitingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama (Sarwono, 2005).Perilaku seksual pranikah menurut Sari (2007)
adalah segala tingkah lakuyang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan
jenisnya melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap-tahap perilaku seksual
yang palingringan hingga tahap yang paling berat.
Sekarrini dalam
penelitiannya pada tahun 2011 mengkategorikanperilaku seksual menjadi perilaku
seksual berisiko berat dan perilakuseksual berisiko ringan. Perilaku seksual
berisiko ringan mulai darimengobrol, nonton film, pegangan tangan, jalan-jalan,
pelukan, sampai cium pipi. Sedangkan perilaku seksual berisiko berat mulai dari
ciumanbibir, ciuman mulut, ciuman leher, meraba daerah erogen, petting,
danintercourse (Sekarrini, 2012).
Menurut
Yuliantini, 2012 perilaku seksual yang sering ditemukan padaremaja antara lain:
a.
Berfantasi,
yakni membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual untuk menimbulkan
perasaan erotisme
b.
Berpegangan
tangan, merupakan bentuk pernyataan afeksi atasperasaan sayang berupa sentuhan.
Aktifitas ini memang tidak terlalumenimbulkan rangsangan seksual yang kuat,
namun biasanya munculkeinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya
c.
Cium
kering yakni aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan pipi(touching), pipi
dengan bibir, atau bibir dengan leher (necking)
d.
Cium
basah, yakni aktivitas seksual berupa sentuhan bibir dengan bibiratau biasa
disebut kissing
e.
Meraba,
yaitu kegiatan meraba bagian-bagian sensitive rangsangseksual (erogen) seperti
payudara, leher, paha atas, vagina, penis, danpantat
f.
berpelukan
g.
Masturbasi,
yakni perilaku merangsang organ kelamin dengan tanganataau tanpa melakukan
hubungan intim
h.
Oral
sex yakni memasukkan alat kelamin ke dalam mulut pasanganyang dapat terjadi
pada kaum heteroseksual maupun homoseksual (gaydan lesbian)
f.
Petting
merupakan keseluruhan aktivitas non intercourse (hinggamenempelkan alat
kelamin)
i.
Sexual
intercourse (hubungan seksual) yakni aktivitas memasukkanalat kelamin laki-laki
ke dalam alat kelalmin perempuan pada kaumheteroseksual, dan memasukkan alat
kelamin laki-laki ke dalam anuslaki-laki pada kaum homoseksual (gay)
(Yuliantini, 2012).
Menurut Kinsey
(1948), perilaku seksual dibagi menjadi 4 tahapandimana yang lebih tinggi akan
didahului oleh tahapan sebelumnya.Tahapan tersebut antara lain (Kinsey et al.,
1948):
a.
Bersentuhan
(touching), mulai dari berpegangan tangan, sampaiberpelukan.
b.
Berciuman
(kissing), mulai dari berciuman singkat sampai berciuman bibir dengan
mempermainkan lidah pasangannya (deep kissing).
c.
Bercumbuan
(petting), menyentuh bagian yang sensitif dari tubuh pasangannya dan mengarah
pada pembangkitan gairan seksual.
d.
Berhubungan
kelamin (sexual intercourse), melakukan penetrasi penis ke dalam vagina
Kinsey juga
mengelompokkan tingkatan perilaku seksual menjadi 2bagian, yakni perilaku
seksual ringan dan perilaku seksual berat. Perilakuseksual dikatakan ringan
jika seseorang pernah berpegangan tangan,berpelukan, sampai berciuman bibir.
Perilaku seksual dikatakan berat jikaseseorang pernah melakukan perilaku sekual
meraba dada/alat kelaminpasangan, saling menggesekkan alat kelamin dengan
pasangan, oral seks,dan melakukan hubungan seksual (intercourse) (Kinsey et
al., 1948).
B. Remaja
Muss menjelaskan
bahwa remaja dalam arti adolescence (Inggris)berasal dari kata Latin
(adolescere) yang artinya tumbuh ke arahkematangan. Masa remaja dapat ditinjau
sejak mulainya seseorangmenunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga
dicapainyakematangan seksual (Sarwono, 1994).
Santrock
mengartikan remaja sebagai masa perkembangan transisiantara masa anak-anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahanbiologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Walaupun remaja mempunyaiciri unik, yang terjadi pada masa remaja akan saling
berkaitan denganperkembangan dan pengalaman pada masa anak-anak dan
dewasa(Santrock, 2003).
Masa awal remaja
adalah waktu di mana konflik orang tua denganremaja meningkat lebih dari
konflik orang tua dengan anak.Peningkatan ini bisa terjadi karena beberapa
faktor yang melibatkanpendewasaan remaja dan pendewasaan orang tua, meliputi
perubahanbiologis, pubertas, perubahan kognitif termasuk meningkatnyaidealisme
dan penalaran logis, perubahan sosial yang berpusat padakebebasan dan jati
diri, dan harapan yang tak tercapai (Santrock,2003).
Mappiare
menguraikan masa remaja dimulai dari usia 13 tahun danberakhir pada usia 21
tahun yang dibagi dalam masa remaja awal usia13 tahun sampai 17 tahun dan
remaja akhir 17 tahun sampai 21 tahun (Mappiare, 1982). Soekanto memberikan
batasan golongan remajaputri adalah para gadis berusia 13 tahun sampai 17
tahun, dan bagiremaja laki-laki berusia 14 tahun sampai 17 tahun.
Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kriteria remajadilihat berdasarkan aspek
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.Ditinjau dari bidang kesehatan WHO,
masalah yang dirasakan palingmendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah
kehamilan yangterlalu awal. Berdasarkan permasalahan tersebut, WHO
menetapkanbatas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja. Kehamilan pada
usiatersebut mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada usia di atasnya.WHO
membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remajaawal 10-14 tahun dan
remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 1994).
Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono
(2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalamproses penyesuaian diri menuju
dewasa :
a.
Remaja
Awal (Early Adolescence)Seseorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masihterheran-heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada a. Remaja Awal (Early Adolestubuhnya
sendiri dan dorong-dorongan yang menyertai perubahanperubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepattertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis.Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah
denganberkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan pararemaja awal
sulit dimengerti orang dewasa.cence)Seseorang remaja pada tahap ini berusia
10-12 tahun masihterheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada
b.
Remaja
Madya (Middle Adolescence) Tahap ini berusia 13-15 tahun.Pada tahap ini remaja
sangatmembutuhkan kawan-kawan.Ia sangat senang kalau banyak temanyang
menyukainya. Ada kecenderungan Narastic, yaitu mencintaidiri sendiri. Selain
itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karenaia tidak tahu harus memilih yang
mana: peka atau tidak perlu,ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,
idealis ataumeterialis dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diridari Oedipoes
Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masakanak-kanak) dengan
mempererat hubungan dengan kawan-kawandari lawan jenis.
c.
Remaja
Akhir (Late Adolescence)Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju
periodedewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini:
1.
Minat
yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2.
Egonya
mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-oranglain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3.
Terbentuk
identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4.
Egosentrisme
(terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)diganti dengan keseimbangan
antara kepentingan diri sendiridengan orang lain.
5.
Tumbuh
„dinding‟ yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum
(the public).
C. Internet
Secara harfiah,
kata ‘internet’ adalah kependekan dari ‘interconnectednetworking’ yang berarti
rangkaian komputer yang terhubung dalam beberapa rangkaian dan menggunakan
TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) sebagai protokol
pertukaran paketnya. Protokol lain yang sering digunakan adalah UDP (User
Datagram Protocol), DNS (Domain Name System), PPP (Point-to-Point Protocol),
ICMP (Internet Control Message Protocol), POP3 (Post Office Protocol version
3), IMAP (Internet Message Access Protocol), SMTP (Simple Mail Transfer
Protocol), HTTP (Hypertext Transfer Protocol), HTTPS (Hypertext Transfer
Protocol – Save version), SSH (Secure Shell), Telnet (Telecommunication network),
FTP (File Transfer Protocol), LDAP (Lightweight Directory Access Protocol), SSL
(Secure Socket Layer) dan SLIP. Beberapa layanan yang menggunakan
protokol-protokol tersebut adalah e-mail (surat elektronik), Usenet, Newsgroup,
File Sharing, WWW, Ghoper, Session Access, WAIS, finger, IRC (Internet Relay
Chat), MUD dan MUSH. E-mail dan WWW
merupakan layanan yang paling sering digunakan (www.id.wikipedia.org).
Bentuk akses
internet yang umumnya digunakan adalah dial-up dan Broadband. Dial-up merupakan
cara mengakses internet dengan menggunakan jalur telepon. Broadband merupakan
cara mengakses internet dengan menggunakan transmisi data kecepatan tinggi. Ada
dua macam Broadband, yaitu DLS (Digital Subscriber Line) dan kabel modem. DLS
adalah satu set perangkat yang menyediakan penghantar data digital melewati
kabel dari jaringan telepon setempat dan memiliki kecepatan download dari 128
kbit/d sampai 24000kbit/d. Sedangkan kabel modem mampu mentransfer 512 kbps (www.id.wikipedia.org).
Pengguna internet sudah meluas di dunia. Tak
sedikit orang telah menggunakan internet untuk berbagai keperluan seperti
mencari informasi, memasang iklan, atau pun bisnis online yang marak belakangan
ini. Berdasarkan data NUA Survey, jumlah pengguna internet dunia pada bulan
Februari 1999 mencapai 153.500.000 orang dan pada awal tahun 2000 mencapai
248.600.000 pengguna (Febrian 2001).
D. Hipotesis
Ada hubungan
antara intensitas akses internet terhadap penyimpangan seksual pada kasus pelecehan
seksual pada anak binaan lpka kelas 1 kutoarjo.
Post Title :
Contoh Skripsi HUBUNGAN INTENSITAS AKSES INTERNET TERHADAP PENYIMPANGAN SEKSUAL PADA KASUS PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK BINAAN LPKA KELAS 1 KUTOARJO
0 comments
Post a Comment